Strategi mendidik anak merupakan sebuah metode maupun cara dalam memahami dan mengembangkan segala potensi minat, bakat, kecerdasan, dan kemampuan yang ada pada anak sesuai dengan fitrah-kodrati yang dimilikinya. Anak dapat berkembang secara optimal apabila mendapatkan dukungan ekosistem keluarga dan lingkungan sosial yan memadai. Mendukung perkembangan anak sebagai bagian dari mendidik anak yang efektif bukanlah hal yang mudah, karena memerlukan pengertian, pengasuhan, perawatan yang intensif, pemahaman utuh, sikap terbuka, dan tindakan yang fleksibel merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mendidik anak. Tips dan Trik Strategi Mendidik Anak dapat Anda lakukan.
Baca juga "Pendidikan Anak dalam Keluarga"
Strategi mendidik yang efektif bagi anak merupakan strategi yang harus dibentuk, dijaga, dan dikembangkan dalam keluarga. Strategi ini setidaknya dijalankan oleh kedua orang tua (ayah dan ibu), namun juga keluarga lainnya seperti kakek, nenek, paman, tante, kakak, dan segenap pendidik (guru) serta masyarakat. Anak sebagai anugerah yang dikaruniani Tuhan dengan segala kelebihan dan kekurangan sekaligus sebagai penerus keluarga dan tunas bangsa. Ada beberapa strategi mendidik anak yang efektif, yaitu:
1. Intensitas bertemu dan
komunikasi yang berkualitas
Komunikasi dalam keluarga bernilai pendidikan yang mendidik anak, agar komunikasi berlangsung dengan lancar
maka intensitas bertemu orang tua dengan anak perlu diperhatikan. Kesibukan
orang tua akan berdampak pada komunikasi satu arah dengan anak, karena kebutuhan dan
keinginan anak yang tidak pernah diketahui oleh orang tua sehingga perilaku dan
tumbuh kembang anak terlewatkan oleh orang tua. Pertemuan yang intensif, berbagi cerita,
canda dan tawa merupakan hal sederhana namun sering terlupakan, padahal dalam
komunikasi yang dijalin antara orang tua dan anak terkandung nilai didalamnya.
Sebagaimana diterangkan oleh Djamarah (2004: 37) dalam komunikasi keluarga ada norma yang
diwariskan oleh orang tua terhadap anak, seperti norma agama, akhlak, sosial, etika,
estetika, dan moral. Norma-norma inilah yang menjadi nilai dalam keluarga sehingga dianggap
penting untuk bertemu dengan anak ditengah-tengah kesibukan orang tua. Dengan
begitu anak merasa diperhatikan oleh orang tua juga dapat berkomunikasi langsung
dengan anak tanpa melalui perantara serta dapat memahami berbagai keinginan anak
terhadap orang tua.
2. Pahami situasi dan kondisi
anak disetiap tahapan perkembangannya
Memahami situasi dan kondisi anak disetiap tahapan perkembangannya
adalah hal yang penting bagi orang tua. Setiap anak dalam perkembangannya mempunyai prinsip yang berbeda. Sebagaimana
prinsip perkembangan individu bahwa setiap individu bersifat individualisasi,
mengakibatkan anak yang satu beda dengan anak yang lainnya (walaupun itu anak kembar). Setiap
tahapan atau fase perkembangan anak akan mengalami situasi dan kondisi yang berbeda.
Situasi sosial yang dialami oleh anak yang penuh dengan pengawasan dan peraturan
orang tua atau disebut over protektif akan berbeda dengan anak yang berada pada
situasi sosial orang tua kooperatif. Demikian pula situasi dan kondisi anak dibawah lima
tahun akan berbeda dengan anak yang memasuki sekolah dasar. Sehingga memahami
situasi dan kondisi anak tidak bias disamakan antara anak satu dengan yang lainnya berdasrkan kebutuhan-kebutuhan dan
masalah yang dialami tiap tahapan perkembangan.
3. Pahami minat, bakat, dan mengembangkan kreativitas anak
Memahami minat dan bakat pada anak dapat terlihat pada tingkah laku sehari-hari. Apa yang diminati anak kesehariannya dalam bermain, hal ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan tes minat bakat agar lebih memastikan kecenderungan minat dan bakat anak. Indikator yang bisa dijadikan dasar untuk menentukan seorang anak berbakat oleh (Setriani 2012: 27) yaitu:
a. Terlalu cepat dewasa (precocious). Mereka dapat mengatasi pelajaran lebih dahulu dan lebih cepat daripada teman-temannya.
b. Maju sesuai dengan iramanya sendiri. Mereka dapat melakukan penemuan-penemuan sendiri dan seringkali dapat mencari penyelesaian suatu masalah secara naluriah tanpa harus melalui sederatan langkah-langkah linear.
c. Didorong oleh suatu keinginan yang sangat kuat dalam bidang atau domain dimana mereka mempunyai kemampuan yang tinggi dan mereka dapat dengan mudah memfokuskan diri secara intens dalam domain tersebut sehingga kehilangan kesadaran terhadap dunia luar.
Mencermati penjelasan
sesuai indikator tersebut, orang tua dapat mengembangkan kreativitas dan bakat pada
anak. Anak kreatif memiliki imajinasi yang kuat, pemikiran yang orisinial,
kemandirian, dan minat yang luas dapat melibatkan diri dengan lingkungan dan dapat
menjadikan mereka sesuatu yang menarik. Disamping itu kemampuan mereka bertanya,
bersikap kritis, bosan dengan tugas rutin, dan kemampuan mereka untuk melihat dari
sudut tinjau yang lain, dapat mengakibatkan mereka terlibat ketegangan dan
ketidaknyamanan dalam hubungan dengan orang dewasa, atau teman sebaya. Sehingga mereka
perlu dibantu dalam menjalani hubungan sosial yang efektif baik di rumah, di sekolah,
serta mengembangkan, mengungkapkan, dan mewujudkan potensi kreatif mereka yang bermakna. Oleh
sebab itu, orang tua harus peka terhadap minat dan bakat serta mampu
mengembangan kreativitas anakk dalam keluarga sebagai tempat pendidikan pertama
dan utama.
4. Mengembangkan segala kecerdasan pada anak
Kecerdasan pada anak begitu banyak. Pada umumnya kita mengenal
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Disamping tiga kecerdasan
dimaksud, menurut Howard Gardner (dalam Amstrong, 2009: 6) ada delapan kecerdasan yang ada pada individu, tentu kecerdasan
ini juga ada pada anak, yaitu: (a) kecerdasan linguistik, (b) kecerdasan logika
matematika, (c) kecerdasan spasial, (d) kecerdasan kinestetik, (e) kecerdasan musikal, (f)
kecerdasan interpersonal, (g) kecerdasan intrapersonal, (h) kecerdasan naturalis.
Kecerdasan-kecerdasan ini perlu dikembangkan pada anak agar menjadi pribadi yang utuh.
5. Tuntun anak dengan konsep religiusitas
Mendidik anak tidak saja dengan konsep pendidikan formal, namun ada konsep yang sering terlupakan padahal sebagai fondasi kuat dalam mendidi anak. Seperti contoh dalam keluarga muslim, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda yang artinya “ajarkanlah kebaikan kepada anak-anak kamu dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik” (Djamarh, 2004: 29), selanjutnya dalam hadits lain diterangkan yang artinya “diantara hak orang tua terhadap anaknya adalah mendidiknya dengan budi pekerti yang baik dan memberinya nama yang baik” (Djamarh, 2004: 29). Berdasarkan hadits tersebut cukuplah menjadi dasar bagi orang tua untuk mendidik anak dengan konsep agama yang dianutnya. Anak adalah anugerah dari yang Maha Kuasa sekaligus tanggungjawab orang tua. Mendidik dengan konsep agama akan membentuk anak yang memiliki akhlak mulia yang sangan berguna bagi dirinya. Kelima strategi tersebut dianggap tepat untuk mendidik anak yang efektif maka perlu dikembangkan.
Lebih lanjut menurut Purwanto (2002: 86-87) ada beberapa petunjuk bagi Pendidikan anak dalam keluarga, diantaranya:
- usahakan suasana yang baik dalam keluarga;
- tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas kewajiban masing-masing;
- orang tua serta orang dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat dan watak anak-anak;
- hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak;dan
- biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga.
Dengan demikian strategi
dan petunjuk dalam mendidik anak yang efektif perlu menjadi pusat perhatian
utama dari setiap orang tua dan orang dewasa lainnya.
Referensi
Djamarah,
S. B. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Hawadi.
R. A. 2004. Psikologi Perkembangan Anak Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: Grasindo.
Purwanto,
N. 2002. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sadulloh,
dkk. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.
Salkind,
N. J. 2006. Editor. Encylopedia of Human Development. California: Sage Publications, Inc.
Nurihsan,
A. J. & Agustin, M. 2011. Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja:
Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: PT Refika Aditama.
Tim
Pustaka Familia. 2006. Menepis Hambatan Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: Kanisius.